Image Hosting





f-Sam/Linggau Pos

TUNJUKAN : Ketombol bersama lima keluargnya menunjukan obat-obatan alami hasil hutan saat menghuni digubuk pinggir sungai dusun sawah Curup.


Melihat Kehidupan Suku Kubu Musi Rawas di Kecamatan Curup Utara 


Melihat kehidupan suku kubu Kabupaten Musi Rawas di Desa Dusun Sawah Kecamatan Curup Utara, Kecamatan Curup Utara. Bagaimana kehidupan suku kubu, berikut laporanya. 


Syamsul Ma’arif Kota Curup


Dari nenek moyangnya hingga sekarang, berburu hewan buas dengan peralatan seadanya. Daging hewan hasil buruan sebagian dimakan dan dibuat obat tradisional untuk menghidupi keluarga.

Dengan peralatan seadanya, satu keluarga dengan beranggotakan enam orang yakni Semriak, Solonda, Repejo, Sorongan dan Ketombol warga Rupit Kabupaten Musi Rawas mengembara mencari makan untuk kebutuhan keluarganya yang dibawanya mengembara.
Setelah melewati ratusan hektar hutan dan ratusan desa, ia melalui pengembaraanya hingga ke desa Dusun Sawah kecamatan Curup Utara. Kedatangan keluarga itupun sempat membuat heran warga sekitar terlebih lagi kepala desa yang memimpin desa tersebut.
“Mereka datang sejak enam hari yang lalu. ia mengaku datang dari ratusan desa dan ratusan hektar hutan yang pernah dilalui, keluarga itupun sempat meminta izin kepada kami agar di terima menginap dipinggir sunyai desa, karena mereka juga manusia kami pun menerima mereka dengan syarat tak membuat resah warga sekitar,” terang Kepala Desa (Kades) Sawah, Efendi Dalan.
Ia mengatakan, keluarga dengan enam orang tersebut diajak untuk menginap di rumah Kades, namun keluarga tersebut enggan dan memilih hidup di pinggir sungai dengan mendirikan tenda bambu untuk tempat berteduh dan melaksanakan aktifitasnya.
“Alasan mereka kalau dekat sungai akan lebih mudah mencari buruannya untuk ditangkap dan diakan serta di jual kepasar. Mereka menagkap biawak, labi-labi, ular dan hewan buasnya dengan peralatan seadanya. kemudian hasil tangkapanya mereka makan dagingnya untuk sekeluarga dan kulitnya di jual kepasar,” terang kades.
Saat ditemui di tepi sungai Ketombol yang di percaya sebagai kepala keluarga tersebut menyapa ramah. Pada Linggau Pos, Ketombol mengaku berasal dari Rupit Musi Rawas dan berkeliling hutan dan desa-desa hingga ke Provinsi Lampung dengan menempuh jarak yang tak sebentar.
Ia juga mengaku untuk memenuhi kebutuhan ke-enam keluarga yang dibawanya dengan berburu hewan buas yang sekaligus sebagai pengasilnya untuk keluarga. “Memang kami mencari makan dari berburu, daging hasil buruan kami langsung dimasak dan dimakan keluarga dan selanjutnya kulitnya dijual apabila keluar desa,” katanya.
Bukan hanya itu, perjalanannya mengembara itupun ia lakukan sejak nenek moyangnya dulu, “Saya sejak lahir sampai sekarang memang mengembara, kami hanya berenam dan berpindah-pindah dari desa satu ke desa lain dan dari hutan satu ke hutan lainya. Kalau bertanya umur saya tidak tahu sudah berapa lama,” tuturnya.
Bukan hanya hasil hewan buas burunya yang ia gunakan sebagai bahan memenuhi kebutuhan keluarga. Namun untuk memenuhi kebutuhan lainya ia juga mencari obat-obatan alami dari dalam hutan seperti akar-akaran dan tumbuh-tumbuhan yang mereka percaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti pengakit kulit, penyakit dalam hingga obat untuk vitalitas.
Ia, pun berharap hidup normal seperti manusia biasanya yang memiliki tempat tinggal tetap dan pekerjaan tetap sehingga tidak berpindah-pindah. Namun belum ada kesempatan. “Kami sudah terbiasa hidup di dalam hutan dan pinggiran desa dan mencari makan dari hasil buruan kami,” ungkapnya.(*)

1 Responses to Hidup Berpindah-pindah, Berburu Binatang Buas

  1. hgd

     

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic

    ARSIP BERITA