Lubuk Petah Daerah yang Diduga Angker
Syamsul Ma’aif, Kota Curup
ANAK korban yang merupakan Kades Pahlawan Kecamatan Curup Utara tersebut mengatakan, lokasi tempat tewasnya ayah korban memang setiap tahunnya memakan korban jiwa. “Memang di lokasi ini setiap tahun memakan korban jiwa, namun saya tak percaya tahun ini ayah saya sendiri yang menjadi korban,” ungkapnya.
Namun, tewasnya Sobirin oleh keluarga diikhlaskan bahwa itu merupakan takdir Yang Maha Kuasa dan dianggap kecelakaan meski tewasnya tenggelam di dalam Lubuk tersebut. “Di tubuh orang tua saya tak ada tanda-tanda kekerasan. Seingat saya ayah keluar pukul 14.00 WIB. Diperkirakan korban tenggelam pukul 15.00 WIB, dan ditemukan pukul 16.00 WIB oleh warga yang mancing di lokasi. Ia (Sobirin) meninggal karena terpeleset saat menyeberang dan membawa bambu,” terangnya.
Berdasarkan keterangan keluarga korban, sekitar pukul 12.00 WIB bersama beberapa warga dan wartawan koran ini menelusuri Lubuk Petah yang berjarak satu hingga dua jam bila ditempuh dengan berjalan kaki. Setelah menelusuri jalan yang begitu terjal dan melewati beberapa bukit dan jalan berlumpur akhirnya Lubuk mautpun ditemui.
Berdasarkan pantauan di lapangan, lokasi yang jauh dari pedesan dan sangat sunyi menampakan kondisi yang sangat angker dan sempat membuat merinding bulu kudu. Di lokasi tersebut saya bertemu dengan salah seorang petani yang bersebelahan dengan Lubuk Petah.
Hambali, petani padi disekitar pun menuturkan, Lubuk Petah dengan sungai yang sangat tenang memang mengundang para warga untuk mencari kebutuhan dengan memancing dan mencari apa yang diinginkan warga sekitar. Seperti mengambil bambu dengan ukuran besar dan sangat bagus untuk bahan bangunan.
Pada saat itu, korban memang mengambil bambu di sekitar sungai tenang, dan dirinya sebelum kejadian tersebut sempat ngobrol dengan korban. Namun setelah melakukan penebangan dirinya pun pergi kesuatu tempat dan beberapa jam terlihat korban sudah tengelam di sungai.
“Kami sempat ngobrol, kata korban bambu itu rencananya untuk membuat pondok. Dan saya tidak tahu persisnya korban tenggelam, namun ia bersama petani lain di sekitar mengaku bahwa lokasi tersebut sering makan korban meski airnya tenang. Memang kelihatannya tak terlalu dalam, namun setahu saya kedalaman sungai tersebut 3 hingga 4 meter lebih,” katanya.
Sebelumnya, lanjut Hambali, dua orang sekaligus pun jadi korban ketenangan sungai tersebut. “Sebelumnya dua orangpun tenggelam di sungai ini. Dua-duanya wanita, dan sekarang ada lagi yang menjadi tumbal,” katanya.(*)
0 komentar