Image Hosting

CURUP - Musim hujan sejak dua pekan ini, membuat masyarakat Kabupaten Rejang Lebong sulit mencari bahan pokok berupa beras. Kalaupun ada, masyarakat harus mendapatkannya dengan harga diatas standar.
“Sudah dua pekan ini kami kesulitan mendapatkan beras lokal karena musim penghujan. Kalaupun ada harganya cukup tinggi,"ungkap salah seorang pedagang beras di pasar tradisional Air Putih Lama Curup, Asmawi kepada wartawan koran ini, kemarin.
Dikatakannya, beras lokal Curup yang cukup dikenal masyarakat Provinsi Bengkulu, yakni beras harum Rimbo Recap, dan beras IR 64 Talang Benih. "Beras harum sebelumnya dijual seharga Rp 100 ribu per kaleng kini naik menjadi Rp 120 ribu per kaleng. Sedangkan beras IR 64 Talang Benih dari Rp 90 ribu per kaleng menjadi Rp Rp 100 ribu atau naik Rp 10 ribu per kaleng," katanya.
Diakuinya sejak akhir November 2009, hingga kini hampir setiap saat turun hujan, baik siang maupun malam hari. Akibatnya, para petani yang ingin menjemur padi tidak bisa.
Sementara permintaan beras lokal oleh masyarakar Curup dan sekitarnya kian meningkat.
Selai itu, salah seorang warga Pasar Curup lainnya, Ismet mengakui hal itu. Menurutnya, dalam minggu ini dirinya kesulitan untuk mencari beras lokal asal Rimbo Recap dan Talang Benih Curup.
"Keluarga kami sudah terbiasa makan nasi dengan beras lokal. Oleh karena itu disaat beras habis terpaksa kami harus mencari meskipun harganya cukup mahal,"ungkapnya.
Sementara itu, harga cabai turun hingga puluhan ribu. "Dalam minggu ini harga cabai sudah beberapa kali mengalami penurunan. Mulai dari harga Rp 40 ribu, turun menjadi Rp 35 ribu, dan akhirnya turun lagi menjadi Rp 13 ribu/kg," kata salah satu pedagang cabai di pasar tradisional Curup, Sulaini.
Ia mengatakan, sudah hal biasa bila menjelang akhir tahun harga cabai di Curup mengalami penurunan. Karena cabai banyak dipasok dari luar daerah. Saat ini pasokan cabai banyak dari Palembang Provinsi Sumatra Selatan dan  Pulau Jawa, sehingga membuat harga cabai lokal menjadi murah.
Sementara cabai lokal sendiri banyak dikirim keluar daerah, yakni Padang Sumatera Barat, Lampung, dan Bengkulu. Selain harga cabai, harga tomat juga mengalami penurunan. "Kemarin harga tomat masih dijual seharga Rp 8.000, dan hari ini turun menjadi Rp 6.000 per kg," kata Helmi, pedagang pengecer di pasar tradisional Bang Mego Curup.
    Disisi lain, Sunarno, petani cabai yang tinggal di Desa Air Meles Kecamatan Curup Tengah, mengeluh akibat murahnya harga cabai lokal belakangan ini. Murahnya harga cabai otamatis akan membuat dirinya menderita kerugian cukup besar. Apalagi saat ini tengah musim hujan.
"Kalau musim hujan cabai yang seharusnya dipanen tidak bisa diambil, akibatnya cabai jadi membusuk. Belum lagi biaya perawatan lahan, upah angkutan, beli bibit, ditambah lagi harga pupuk mahal, dan obat-obatan lainnya, sementara harga cabai sangat murah,”keluhnya. (01)

0 komentar

Posting Komentar

Image and video hosting by TinyPic

    ARSIP BERITA